Powered By Blogger

Jumat, 17 Oktober 2014

ISI HATI

Manusia tidak dibekali kemampuan membaca isi hati. Seandainya iya. Tidak banyak manusia yang bisa belajar memahami.  Tidak pernah ada yang tahu isi hati. Dan aku bersyukur untuk semua itu.
Seandainya iya. Tentu kau akan tahu isi hatiku. Dan aku tidak ingin semua itu terjadi. Aku harus menghindarimu. Karena aku tidak bisa menyembunyikan isi hatiku saat berada di dekatmu. Aku membenci keadaan yang seperti itu.
Syukurlah Tuhan tidak membekali manusia dengan kemampuan membaca isi hati. Dengan begitu, aku bebas berada di sekitarmu. Sekelas denganmu. Sekampus denganmu. Seorganisasi denganmu. Sepermainan denganmu. Apapun itu yang dalam jarak kita hanya beberapa langkah kaki, namun secara hati kita jauh seperti matahari ke bumi. Hanya bisa merasakan.
Aku bisa berbicara nyaman denganmu karena aku pandai menyembunyikan isi hati. Aku bisa bertegur sapa denganmu dengan terlihat biasa-biasa saja seolah-olah tidak terjadi apa-apa, tapi tidak di dalam hati. Aku tidak perlu khawatir kamu menghindariku jika kamu tahu isi hatiku.
Aku bersyukur atas semua itu. Aku tidak suka orang-orang yang berkata ingin bisa tahu isi hati orang lain. Itu bisa merusak seluruh rencanaku. Aku sudah mengatur waktu kapan aku mengutarakan isi hati. Aku sudah mengatur bagaimana cara mengutarakannya. Dimana tempatnya. Kepada siapa ku utarakan pertama-tama. Kalimat apa yang akan aku sampaikan. Sikap apa yang akan aku tunjukkan.
Syukurlah. Isi hati manusia masih rahasia. Seandainya tidak ada lagi rahasia di bumi ini. Tidak akan ada lagi cerita bagaimana rasanya rindu yang tidak tersampaikan. Bagaimana rasanya menunggu. Bagaimana rasanya mendoakan diam-diam. Bagaimana rasanya berpapasan. Bagaimana rasanya bertemu. Syukurlah Tuhan masih merahasiakan isi hati seseorang dari orang lain. Jika tidak, tentu tidak akan cerita seromantis Ali dan Fatimah, Muhammad dan Khadijah, lalu aku dan kamu .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar